TAHAPAN ETIKA BISNIS

 TAHAPAN ETIKA BISNIS

Oleh: Putri Cahya Ramadhanti

    Manusia sebagai mahkluk sosial tak lepas dari hubungan sesama manusia lainnya, Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemui berbagai macam orang dengan karakter, sifat, kebudayaan, yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita membutuhkan suatu system yang mengatur bagaimana manusia bersosialisasi. Sistem ini dimaksudkan untuk menjaga batasan-batasan dalam berbaur agar dapat menjaga kepentingan setiap pihak serta sebagai jaminan jika perbuatan yang sedang dilakukan tidak bertentangan dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak asasi pada umumnya. Hal inilah yang menjadi dasar bertumbuhnya etika di masyarakat.

    Etika yang berasal dari Bahasa Yunani ‘Ethos’, yang berarti adat istiadat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam perkembangannya, etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dengan adanya etika, manusia memiliki arah dalam bertindak di kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, etika mengambil peran bagaimana manusia dalam mengambil sikap dan bertindak yang tepat selama hidup. Pada akhirnya, etika membantu manusia dalam mengambil keputusan mengenai Tindakan apa yang perlu kita ambil. Perlu kita ingat, etika harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan kita, tak terkecuali dalam bisnis.

    Reidenback dan Robin mengenalkan lima tahap moralitas dan etika organisasi. Namun dalam pembahasan kita kali ini, akan membahas tiga tahap, yaitu tahapan makro, tahapan meso, dan tahapan mikro. Tahapan etika bisnis ditampilkan pada sebuah piramida yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


    Pada tahap terendah, disebut dengan “The Amoral Organization” atau tahapan makro. Tujuan utama organisasi dalam tahap ini adalah membuat profit atau keuntungan. Organisasi focus untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan, tanpa memperdulikan etika dan moralitas. Bertahan dalam persaingan dan menghasilkan keuntungan merupakan satu-satunya tujuan yang diserap oleh organisasi.

    Tahap kedua yaitu dimana etika bisnis mempelajari persoalan etika yang ada di dalam organisasi. Tahap ini disebut dengan tahapan meso atau menengah. Organisasi dalam tahap ini memahami aturan dan mematuhi hukum yang berlaku. Saat fase legalistik tercapai, organisasi mulai lebih memperhatikan kebijakan, peraturan, dan undang-undang. Meskipun masih terpaku pada profitabilitas, namun tetap berusaha untuk mematuhi semua kerangka kebijakan masing-masing. Dilanjutkan dengan adanya responsive organization. Selama fase focus pada peningkatan keuntungan, terdapat kesadaran akan moralitas dan keinginan untuk melakukan hal yang benar jika memungkinkan. Organisasi mencoba untuk mencapai keseimbangan antara profitabilitas dan bisnis yang etis. Pada tahap ini, organisasi responsif dalam moralitas mereka dan belum proaktif dan berusaha menjadi pemimpin yang bermoral dan beretika.

    Terakhir adalah tahapan mikro. Dalam tahap ini terpusat pada persoalan individual yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi atau bisnis. Tanggungjawab etis karyawan dan pimpinan, produsen dan konsumen serta investor juga dipelajari dalam fase ini. Pada tahap ini perhatian organisasi terhadap etika sangat seimbang dengan perhatian mereka terhadap keuntungan. Manajemen puncak dan pemimpin sangat menjunjung tinggi perilaku etis dan moral sebagai bagian dari budaya perusahaan, bahkan ketika hal ini terkadang bertentangan dengan profitabilitas. Keputusan tentang arah dan operasi organisasi semuanya dibuat dengan memperhatikan dampak etisnya, dan kepemimpinan menunjukkan dan mencontoh moralitas tingkat tinggi. Pada tahap ini, organisasi telah mencapai tingkat tertinggi yang mungkin dicapai dalam hal pengembangan etika dan moral perusahaan. 

Sumber:

https://mastahbisnis.com/etika-bisnis/

https://vireton.com/reidenbach-and-robins-five-stages-of-corporate-ethical-development/

https://worldofwork.io/2019/08/5-stages-of-corporate-ethical-development/

Comments